Novel Distopia: Pengertian dan Unsur Ceritanya

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan novel distopia?

Nah, jika ini adalah pertanyaan yang ada di benakmu, maka Penulis Gunung akan mencoba menjawabnya dalam artikel kali. Dari karya-karya distopia populer seperti Trilogi Divergent hingga Maze Runner, PG akan mengajak kamu untuk mengenal lebih dekat pada salah satu genre novel yang populer saat ini; dystopian story.

Jadi, dibaca sampai selesai, ya.

Kamu punya kisah hidup menarik untuk dijadikan buku namun bingung cara menuliskannya?

Pengertian Genre Novel Distopia

Sebelum masuk ke dalam definisi genre novel distopia, sudah tentu kamu harus mengerti dulu asal kata awal darimana istilah ini kemudian lahir. Kata distopia atau dystopian merupakan lawan dari kata utopia. Istilah distopia juga eksis karena adanya istilah utopia yang telah lebih dulu dikenal dalam sastra, film dan istilah yang umum.

Lalu, apa yang dimaksud dengan utopia dan distopia?

Utopia dapat diartikan sebagai sebuah tatanan masyarakat imajiner yang idealis dengan kualitas dambaan yang nyaris sempurna. Sementara distopia adalah sebaliknya yakni; sebuah kondisi masyarakat yang jauh dari dambaan dan lebih terkesan menakutkan.

Istilah Utopia pertamakali muncul dalam sebuah karya fiksi karya Sir Thomas Moore yang berkisah tentang satu masyarakat khayalan di pulai fiktif bernama Utopia yang sekaligus menjadi judul novel tersebut. Berdasarkan penuturan dan deskripsi kultural dalam novel ini, kemudian lahir pula istilah distopia.

Jadi, secara sederhana novel distopia adalah satu bentuk sastra spekulatif yang dihadirkan sebagai respon dari sastra utopia.  

Dalam praktiknya, sastra distopia seringkali mengangkat kisah-kisah berani tentang pembangkangan atau pemberontakan melawan pemerintahan yang totaliter. Dalam gambaran yang populer, lanskap cerita distopia seringkali dilukiskan dalam suasana khas pasca-kehancuran tatanan dunia (pasca-apokaliptik).

Hubungan Genre Fiksi Distopia, Fiksi Fantasi dan Fiksi Realistis

Photo by Pexels.com

Menurut kamu berdasarkan pengertian distopia di atas, masuk dalam kategori apakah novel distopia; apakah fiksi fantasi ataukah fiksi realistis?

Dystopian society adalah satu kondisi masyarakat imajiner dengan aturan, tatanan, elemen dan unsur yang sama sekali berbeda, sehingga sangat masuk akal disebut sebagai bagian dari fiksi fantasi. Cerita yang imajinatif dengan dunia khayal yang bisa saja tidak mungkin terjadi adalah alasan mengapa cerita distopia layak dianggap sebagai sebuah pecahan dari fiksi fantasi.

Namun, jika melihat setting distopia yang seringkali diangkat dari sebuah kritik dan cara pandang pengarang untuk memproyeksikan kondisi yang hancur akibat ulah manusia, maka distopia juga bisa digolongkan sebagai bagian dari fiksi realistis.

Kondisi geopolitik yang kacau, perubahan iklim dan over populasi manusia seringkali diangkat sebagai permasalahan utama yang menjadi penyebab distopia.

Sebagai penulis kamu tidak perlu memperdebatkan apakah distopia bagian dari fiksi realistis ataukah bagian dari fiksi fantasi. Konsep luas dari novel dystopian memungkinkan kamu untuk masuk ke dalam dua wilayah itu dalam satu frame cerita sekaligus.

Beberapa Unsur Penting Membangun Cerita dalam Novel Distopia

Beberapa orang lebih tertarik untuk mengartikan novel distopia sebagai sebuah novel tentang masa depan. Hal ini tak lepas dari konsep penceritaan distopia yang merupakan hasil imajinasi penulis mengenai kehidupan masa depan manusia berdasarkan perspektif mereka pada saat ini.

Cerita distopia seringkali mengeksplorasi tema-tema yang sudah umum dikenal dalam kondisi masyrakat global sekarang. Anarkisme, kemiskinan massal, perubahan iklim, pandemi, dan penindasan adalah beberapa topik populer cerita distopia.

Sebagai sebuah novel yang membingkai cerita di masa depan, beberapa hal penting yang menjadi elemen novel distopia yang dapat kamu kembangkan adalah sebagai berikut;

Refleksi Kecemasan Aktual

Photo by Pexels.com

Hal pertama yang dapat kamu kembangkan ketika memilih genre distopia adalah dengan menangkap kecemasan masa kini (aktual) kemudian memproyeksikan apa yang terjadi di masa depan berdasarkan kecemasan tersebut.

Anggaplah kamu melihat bahwa salah satu kecemasan global yang paling besar saat ini adalah munculnya pandemi yang parah atau meletusnya perang nuklir yang akan menjadikan dunia  porak-poranda.

Kecemasan manusia tentang pandemi seperti halnya Covid-19, tentu saja adalah satu gelombang kecemasan yang serius. Kamu dapat memetakan dunia imajiner di masa depan jika kemudian muncul gelombang pandemi lain yang daya hancurnya lebih parah daripada Covid-19.

Atau kamu juga dapat menangkap kecemasan masyarakat terhadap pecahnya perang nuklir antara negara-negara besar dunia. Ekosistem hancur, populasi lenyap, kehancuran dimana-mana, yang semuanya disebabkan oleh sesuatu yang nyata dan dicemaskan oleh banyak orang pada saat ini.

Banyak novel distopia terkenal yang mengambil elemen ini sebagai pondasi ceritanya. Kamu tentunya bisa melakukan hal yang sama.

Membangun Dunia Imajinatif

Photo by Pexels.com

Pernahkah kamu berpikir bahwa suatu saat di masa depan, sapi atau kuda atau monyet memiliki kecerdasan yang sama baiknya dengan manusia?

Pada satu kondisi yang imajinatif, hewan-hewan peliharaan ini bukan hanya tidak mau lagi tunduk pada perintah manusia namun justru melawannya.

Tentu saja perlawanan dalam konteks ini bukan perlawanan meronta saat dibawa ke rumah jagal. Namun lebih daripada itu, sapi, kerbau, kuda atau domba justru melakukan berbagai tindakan intelektualitas yang mampu menguasai dunia manusia.

Agak sulit membayangkan kejadian semacam itu terjadi di masa depan sebagai realitas.

Namun itulah gunanya penulis fiksi yang hebat, yang mampu membawa pembaca dari alam realitas ke alam imajinasi yang tampak sebagai sesuatu yang realitas pula. Kecerdasan artifisial yang digaungkan saat ini dapat menjadi akar untuk menciptakan novel fantasi dengan genre distopia seperti ini.

Novel Distopia Sebagai Satir

pengertian novel distopia
Photo by Behance

Elemen selanjutnya yang juga dapat digunakan dalam membangun cerita distopia adalah satire atau satir.

Seperti yang kamu ketahui, satir sendiri adalah sebuah kritikan dengan cara menyindir. Dalam konsep dystopian novel, ini bisa saja adalah sebuah cara untuk mengkritik pemerintahan dengan menunjukkan risikonya di masa depan.

Sebagai penulis, kamu misalnya dapat mengkritik program pemerintah yang terlihat humanis namun memiliki konsekuensi buruk yang dalam pandangan imajinasimu, akan berbahaya di masa depan.

Dengan merajut unsur-unsur cerita yang melukiskan kondisi di masa depan sebagai risiko dari program tersebut, kamu artinya telah menulis sebuah novel distopia dengan elemen satir yang kuat.

Totalitas Kontrol dan Hilangnya Individualisme

contoh novel distopia
Photo by Twitter

Seringkali novel distopia juga mengeksplorasi totalitas kontrol yang dilakukan oleh pemerintah. Pada cerita-cerita populer seperti Total Recall, The Hunger Games atau yang lainnya, kontrol ini dapat dilakukan dengan berbagai mekanisme teknologi.

Dalam tubuh manusia ditanam semacam chip yang kemudian berfungsi layaknya GPS. Dalam dystopian novel yang lebih kompleks, ini tidak hanya tentang bagaimana pemerintah memantau warganya supaya dapat hidup berdampingan sesuai aturan. Namun yang lebih fundamental, ini adalah sebuah kontrol massal yang totaliter.

Tidak ada lagi privasi dan individualisme karena semuanya dalam kontrol otoritas. Dalam banyak novel distopia terbaik, ini adalah salah satu elemen cerita yang sangat umum untuk dikembangkan.

Sudut Pandang yang Kuat

novel distopia
Photo by Haiku Desk

Elemen terakhir dari penceritaan sebuah cerita distopia adalah sudut pandangnya.

Jadi, siapa yang memiliki pandangan menakutkan tentang tatanan sosial masyarakat di masa depan tersebut?

Apakah seorang ilmuwan?

Apakah seorang politikus atau seorang mata-mata yang melihat kehancuran dunia karena perang adalah satu hal yang tak terhindarkan?

Atau siapa?

Sudut pandang kehancuran dunia karena pandemi dari seorang ilmuwan, ahli biologi, ahli virus akan jauh lebih menarik untuk didengar dibandingkan masyarakat awam yang tak memahami hal tersebut.

Sudut pandang yang kuat adalah elemen lain yang dapat kamu gunakan dalam menyusun cerita distopia yang menarik dan terasa lebih realistis.

Baca Juga:

Nah, itu adalah pengertian novel distopia dan 5 unsur paling umum dalam penulisannya. Sebagai penulis, kamu tentunya dapat mengeksplorasi cerita ini secara lebih luas berdasarkan imajinasimu sendiri.

Jadi, selamat berkarya, ya!

Kisah Hidudmu Menarik?

Yuk, ubah pengalaman pribadimu menjadi sebuah buku bersama kelas menulis online Penulis Gunung Id.


Penulis terbaik

Anton Sujarwo

Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga email marketer. Saya telah menulis 15 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.

Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau  mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.

Tulisan saya yang lain dapat dibaca pula pada website;

Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.

Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini: