Membuat Setting Cerita Fiksi Sejarah dalam 7 Langkah

Membuat Setting Cerita Fiksi Sejarah

Dalam artikel ini secara khusus saya akan mengajak untuk melihat apa saja yang dapat kita lakukan membuat setting cerita fiksi sejarah. Sebagai penulis kita dituntut untuk dapat membangun dunia yang kompleks dan masuk akal ketika menulis cerita fiksi. Nah, salah satu bagian penting untuk tujuan tersebut adalah dengan membuat setting cerita yang kuat.

Lantas, apa yang dapat kita lakukan untuk membuat setting fiksi sejarah?

7 Langkah Cara Membuat Setting Fiksi Sejarah

Pada beberapa artikel sebelumnya saya telah mengulas pengertian fiksi sejarah dan tips-tips ampuh untuk menulisnya. Nah, khusus pada artikel kali ini saya akan mengajak kamu secara khusus untuk mempelajari bagaimana cara membuat setting pada penulisan cerita fiksi sejarah.

Seperti yang mungkin sudah kamu ketahui bahwa setting dalam cerita fiksi sejarah adalah unsur yang paling fundamental. Gambaran setting yang kuat dalam balutan era tertentu adalah kunci utama bagi pembaca untuk dapat merasakan aura periode sejarah dalam cerita. Bangunan, suasana, waktu, teknologi, dan lain sebagainya adalah beberapa bagian yang harus ada untuk tujuan tersebut.

Dengan kompleksitas elemen latar yang harus dibangun, membuat setting dalam cerita fiksi sejarah mungkin terdengar sangat sulit. Namun, jika kita mampu mengeksekusinya dengan langkah yang tepat maka prosesnya akan jauh lebih mudah untuk dilakukan.

Nah, berikut adalah 7 langkah yang dapat kamu ikuti untuk membuat setting fiksi sejarah dengan lebih mudah.

Kamu punya kisah hidup menarik untuk dijadikan buku namun bingung cara menuliskannya?

1. Pilih dan Tentukan Periode Sejarah yang Akan Menjadi Setting Cerita

Membuat Setting Cerita Fiksi Sejarah
Photo by Pixabay on Pexels.com

Pertimbangan paling utama dalam menentukan periode sejarah mana yang akan kamu pilih dalam langkah ini adalah dengan mengajukan pertanyaan sederhana untuk dirimu sendiri. Pertanyaannya adalah sebagai berikut:

  • Pada periode sejarah manakah yang paling menarik bagimu?
  • Pada periode sejarah manakah yang kamu memiliki pengetahuan lebih banyak?
  • Pada periode sejarah yang mana kamu memilih untuk hidup jika misalnya kamu diberikan kesempatan untuk hal tersebut?

Beberapa orang mungkin memilih untuk memulai cerita fiksi sejarah mereka dengan temanya, atau dengan trend fiksi yang sedang berkembang. Akan tetapi untuk menghasilkan karya yang benar-benar kamu sukai saat berproses mengerjakannya, tidak ada saran yang paling tepat kecuali dengan memilih periode sejarah yang benar-benar kamu minati secara pribadi.

Apakah kamu tertarik dengan periode zaman kerajaan di Indonesia? Ataukah kamu lebih memilih untuk hidup pada zaman perjuangan kemerdekaan? Atau, kamu ingin memilih hidup di Eropa pada masa Revolusi Industri, Reformasi Gereja, Renaisans, Perang Sipil Amerika, Perang Dunia Dua, ataukah yang lainnya. Sekali lagi kunci pentingnya adalah: pilih periode sejarah yang paling menarik bagimu dan kamu paling ingin hidup didalamnya.

Menulis novel fiksi sejarah yang bagus akan membuatmu kamu mungkin tenggelam berbulan-bulan dalam riset, dalam penulisan naskah, dalam revisi, dan lain sebagainya. Jika kamu tidak menyukai dunia cerita yang kamu tuliskan, dengan segera kamu akan merasa bosan dan kehilangan antusiasme.

Nah, untuk alasan tersebutlah pada langkah yang pertama untuk membuat setting cerita fiksi sejarah ini, tips paling penting adalah dengan memilih periode sejarah yang paling menarik bagimu.

2. Lakukan Riset untuk Periode Sejarah yang Dipilih

Tidak peduli sebanyak apa pun pengetahuan yang kamu miliki terhadap periode sejarah yang sudah kamu pilih tersebut, jangan pernah meninggalkan riset. Riset akan menjadi semakin menantang jika kamu memilih waktu yang lebih lama karena sumbernya akan semakin sedikit. Semakin aktual periode sejarah yang dipilih maka semakin lebih mudah mendapatkan informasinya.

Meskipun riset adalah hal yang penting, tidak 100% ceritamu harus akurat. Namun untuk membangun tingkat kepercayaan yang tinggi bagi pembaca maka detail cerita yang semakin otentik justru semakin baik.

Sebagai seorang penulis fiksi sejarah, kita dapat menentukan sendiri tentang informasi yang kita peroleh dalam proses riset. Apakah kita akan menggunakannya, atau meninggalkannya.

a. Bagaimana Cara Melakukan Riset Setting Cerita Fiksi Sejarah?

Membuat Setting Cerita Fiksi Sejarah
Photo by Pixabay on Pexels.com

Beberapa pertanyaan yang sering dialami penulis ketika ingin melakukan riset penulisan adalah: Bagaimana melakukan risetnya dan dimana melakukannya?

Nah, untuk pertanyaan itu ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan. Beberapa pilihan tersebut misalnya adalah:

  • Mengunjungi perpustakaan.
  • Berselancar di internet.
  • Mengunjungi museum.
  • Menonton dokumenter.
  • Mengunjungi dan melihat foto dan karya seni (lukis, pahat, dan lainnya).
  • Menyimak podcast.
  • Meneliti budaya pop pada periode sejarah yang dipilih.
  • Berdiskusi dengan sejarawan, budayawan, atau sumber yang relevan lainnya.

Dalam proses riset ini kita tentu dapat menggunakan berbagai sumber dan menyesuaikan dengan apa yang kita butuhkan. Dengan cara ini kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang periode sejarah yang akan menjadi setting umum cerita fiksi sejarah yang dituliskan.

Salah satu hal penting dalam proses ini adalah dengan memastikan kamu mencatat sudut pandang yang unik dan berbeda. Dalam penulisan ceritanya nanti, sudut pandang seperti ini akan membuat penulisanmu ceritamu menjadi lebih menarik bagi pembaca.

b. Apa saja yang Perlu Dipelajari dari Riset Setting Cerita Fiksi Sejarah

Pada saat membuat setting cerita fiksi sejarah penting bagi kita untuk membuat tujuan yang jelas dan terarah. Meskipun kita akan memiliki waktu yang banyak dalam proses revisi, editing, dan membaca ulang, namun tidak ada salahnya memastikan riset yang kita lakukan lebih efisien dan efektif.

Nah, untuk tujuan tersebut ada beberapa pertanyaan yang bisa kamu gunakan ketika menggambarkan setting cerita dalam novel fiksi sejarah yang kamu tulis.

1. Setting pada Bangunan atau Arsitektur

  • Seperti apa lingkungan tempat tinggal tokoh protagonis cerita?
  • Bagaimana gambaran tata letak rumah mereka?
  • Apa perbedaan bangunan di lokasi tokoh protagonis dengan di tempat lain dalam cerita?
  • Mungkinkah bagi kita untuk mengunjungi secara langsung sisa-sisa bangunan tersebut?

2. Setting pada Teknologi

  • Bagaimana transportasi pada masa itu?
  • Apa yang dipergunakan masyarakat untuk berkomunikasi?
  • Apakah ada inovasi baru muncul pada saat itu seperti televisi, telepon, pesawat, komputer, dan lain sebagainya?
  • Bagaimana kondisi normal keseharian tokoh cerita? Kondisi keseharian normal akan memberikan informasi yang cukup tentang teknologi yang berkembang pada masa tertentu.

3. Setting pada Budaya

  • Apakah ada agama yang dominan pada masa itu? Jika iya, maka apa pengaruhnya bagi masyarakat?
  • Adat istiadat, ritual, perayaan atau apa event budaya yang penting pada masa itu?
  • Nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh tokoh cerita pada masa tersebut?
  • Apa yang dianggap tabu, buruk, dan tidak bermoral pada periode sejarah tersebut?

4. Setting pada Kehidupan Politik

  • Seperti apa pemerintahan pada masa tersebut?
  • Siapa saja tokoh politik paling berpengaruh pada periode itu?
  • Tipe orang seperti apa yang paling mungkin memegang kekuasaan pada masa itu?
  • Kelompok mana yang paling mungkin untuk tertindas?
  • Apakah ada undang-undang yang kontroversial dan seberapa sulit tokoh cerita untuk masuk dalam dunia politik masa itu?

5. Setting pada Budaya Pop

  • Apa yang dilakukan karakter cerita untuk bergembira?
  • Apakah ada selebritis pada masa itu? Siapa saja dan bagaimana pengaruhnya?
  • Adakah bahasa gaul yang digunakan masyarakat saat itu?
  • Bagaimana perkembangan seni pada saat itu?

6. Setting pada Peristiwa Penting

  • Hal besar apa yang terjadi di tempat tokoh protagonis berada, di kotanya, di negaranya, di dunianya? Untuk membuatnya lebih mudah pikirkan tentang bencana alam, perang, perubahan politik besar, pandemi, dan sejenisnya yang berpengaruh besar pada masayarakat.
  • Bagaimana peristiwa tersebut berpengaruh terhadap dunia tokoh cerita?

Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut saat melakukan riset setting pada penulisan cerita fiksi sejarah, akan lebih mudah bagi kita untuk mendapatkan hasil yang efektif dalam waktu yang lebih efisien.

3. Kembangkan Lokasi Geografis Cerita

Membuat Setting Cerita Fiksi Sejarah
Photo by Pixabay on Pexels.com

Dalam membuat setting cerita fiksi sejarah seringkali penulis terlalu memfokuskan pada elemen-elemen sejarahnya sehingga melupakan unsur geografisnya. Untuk itu, kamu dapat memberikan perhatian yang cukup dalam hal ini, yaitu bagaimana kondisi geografis lokasi sejarah yang menjadi setting cerita tersebut.

Jadi, coba tanyakan seperti apa pemandangannya? Bagaimana dengan iklimnya? Apa yang membedakan lokasi tersebut berbeda dengan tempat yang lain?

Jika kita memang bisa mengunjungi secara langsung lokasi tersebut, maka lakukan! Itu adalah hal yang dapat memberikan kita gambaran lebih komplit tentang kondisi geografis cerita. Pemandangannya, gunungnya, lembahnya, sungainya, dapat menjadi amunisi bagi kita untuk menggambarkan kondisi yang lebih hidup dalam setting cerita.

4. Relevansikan Setting dengan Karakter dan Konflik Cerita yang Masuk Akal

Dalam menulis cerita fiksi sejarah, penting untuk memperhatikan korelasi yang masuk akal antara tokoh cerita dan settingnya. Artinya ada hubungan yang sinkron antara tokoh cerita dan lingkungan tempat mereka tinggal. Bagaimana tokoh mempengaruhi lingkungannya dan sebaliknya, bagaimana lingkungan cerita mempengaruhi karakteristik tokoh cerita.

a. Bagaimana Setting Membentuk Karakater

Membuat Setting Cerita Fiksi Sejarah
Photo by Arralyn on Pexels.com

Supaya lebih mudah membuat korelasi yang masuk akal bagi setting dan tokoh cerita, kamu dapat mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini:

  • Dengan cara apa tokoh cerita menyesuaikan dirinya supaya dapat diterima dalam lingkungan dan masyarakatnya?
  • Seberapa kuat atau lemah tokoh cerita dalam lingkungannya?
  • Apa yang tokoh cerita sukai atau benci dari lingkungannya?
  • Apakah tokoh cerita harus menunjukkan sesuatu atau menyembunyikan sesuatu supaya dapat diterima?

Jika bercerita tentang tokoh cerita yang nyata dalam sejarah, maka kita dapat menelusurinya dengan membaca buku catatan, buku harian, surat, atau apa pun yang relevan. Semakin baik kita menemukan kecocokan antara karakter dan setting cerita maka itu akan semakin bagus bagi keseluruhan dunia fiksi sejarah yang dituliskan.

b. Bagaimana Setting Menciptakan Konflik

Sangat mungkin setting dalam penulisan cerita fiksi sejarah mampu menjadi atribut yang memperkuat antagonis cerita.

Norma budaya, adat istiadat yang mengekang, aturan feodal dan lain semacamnya adalah banyak hal yang menghalangi protagonis untuk mencapai tujuannya. Perang, konflik, dan peristiwa-peristiwa tragis juga memiliki kemampuan untuk membuat konflik cerita menjadi lebih menarik.

Selain itu, kamu juga dapat mendatangkan konflik dari kondisi geografis yang menjadi setting pilihanmu. Tsunami yang dahsyat, banjir bandang, gunung meletus, hewan buas, dan lain sebagainya akan memberikan konflik yang lebih menarik lagi dalam dunia cerita.

Setting dalam cerita fiksi sejarah yang dibangun dengan baik akan menjadi lebih dari sekedar setting. Ia akan menjadi salah satu komponen penting yang ikut ‘hidup’ dan menggerakkan cerita.

5. Bangun Suasana Setting yang Hidup dan Imajinatif

Membuat Setting Cerita Fiksi Sejarah
Photo by Pixabay on Pexels.com

Setelah semua komponen setting berhasil kita kumpulkan, sekarang kita akan masuk dalam proses menulisnya sendiri. Atau dengan kata lain, bagaimana meracik berbagai elemen pembentuk setting tadi sehingga menjadi hidup dan mampu membenamkan pembaca dalam lautan imajinasinya.

Salah satu cara yang paling efektif untuk tujuan ini adalah dengan menghidupkan suasana hati yang tepat di pikiran pembaca. Jadi, ketika kita misalnya harus mendeskripsikan bagaimana  sejuknya hembusan angin di abad ke-10 di pesisir Pantai Jawa, kita dapat menggunakan kombinasi antara riset dan imajinasi guna membuatnya menarik.

Supaya hal ini menjadi hidup pula dalam benak para pembaca, maka kita sebagai penulis tidak dapat hanya dengan memberitahukannnya saja. Dalam konteks ini, gunakan gaya menulis show dont tell yang akan membuat pembaca merasa masuk dalam dunia cerita secara lebih totalitas.

Dengan cara ini kamu bisa menggunakan seluruh panca indera karakter cerita untuk membuat penceritaan settingnya sempurna. Jadi, alih-alih mengatakan bahwa angin abad ke-10 di pesisir Pantai Jawa sepoi-sepoi dan sejuk, kamu bisa mengatakan bahwa mata tokoh cerita yang memberat karena kesejukan angin pantai yang membuatnya demikian ngantuk.

6. Menyeimbangkan Akurasi Sejarah dan Kebebasan Kreatif

Bagian paling menantang dari menulis cerita fiksi sejarah adalah mencapai keseimbangan yang indah antara akurasi sejarah dan kebebasan kreatif sebagai penulis. Jika salah satu terasa lebih dominan maka cerita fiksi sejarah akan segera menjadi sesuatu yang tidak menarik bagi pembaca.

Dengan banyaknya pengetahuan baru yang kita dapatkan pada saat melakukan riset, sebagai penulis kita tentu ingin membagikannya kepada pembaca. Akan tetapi jika bagian akurasi sejarah ini terlalu mendominasi, maka dengan segera novel yang kita tulis akan terasa seperti buku teks sejarah yang membosankan.

Sebaliknya, jika kreativitas yang lebih diutamakan sehingga melampaui akurasi sejarahnya sendiri, maka akan sangat mungkin kita terjatuh dalam plot hole. Atau paling tidak pembaca sudah tidak dapat lagi menahan rasa tidak percayanya terhadap cerita yang kita tuliskan. Dan itu bukan hal yang bagus.

building with tree

Membuat rumusan titik keseimbangan yang benar-benar tepat antara akurasi sejarah dan kebebasan kreatif adalah hal yang rumit. Meskipun demikian kita dapat memberikan beberapa pakem dalam hal kreativitas ketika menulis cerita fiksi sejarah. Artinya dalam menambahkan elemen fiksinya, pastikan hal tersebut tidak benar-benar kontras dengan fakta sejarah yang telah kita temukan dalam proses riset.

Contoh,

Jika kita menulis cerita fiksi sejarah dengan setting tahun 1945 yang fokusnya pada peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kita bisa menambahkan unsur fiksi dengan memberikan sudut pandang seorang karakter yang misalnya adalah seorang pejuang muda. Nah, dalam hal ini kehadiran sang pejuang muda adalah fiksi namun kejadian yang melingkupinya dan tokoh-tokoh lain yang lebih terkenal secara real, adalah bagian dari akurasi sejarah.

Konteks ini bisa berubah menjadi plot hole misalnya ketika kamu menambahkan unsur lain yang menciderai akurasi sejarahnya. Misalnya kamu memasukkan kehadiran handphone pada masa itu, atau kamu membuat peristiwa Rengasdengklok tidak terjadi, atau bahkan duo proklamator bukanlah Bung Karno dan Bung Hatta.

Kemerdekaan kreatif yang sudah terlalu jauh seperti itu jelas sulit diterima meskipun kamu menulis cerita fiksi sejarah.

7. Lakukan Review, Editing, dan Sempurnakan Settingnya

Langkah terakhir untuk membuat setting cerita fiksi sejarah adalah dengan melakukan revisi, membaca ulang, dan mengeditnya kembali. Revisi adalah langkah yang mungkin paling berat untuk setiap penulis karena dalam proses ini kita akan melakukan scanning berulang kali untuk naskah yang sudah kita tulis.

Jika kamu melakukan review dan editing sendiri, maka kamu dapat melihat keseluruhan setting yang berpotensi untuk terasa tidak masuk akal. Sementara jika kamu memilih untuk direview oleh pembaca profesional atau editor profesional, maka prosesnya mungkin akan lebih mudah. Namun untuk jasa mereka, kamu tentu harus mengeluarkan biaya.

Terakhir untuk mendapatkan review yang objektif, kamu bisa menggunakan jasa pembaca beta. Setelah memberikan naskahmu untuk dinilai oleh mereka, kamu bisa merevisi kembali jika ada setting atau latar cerita yang memang terasa janggal dan kurang tepat.

Kamu butuh ghost writer profesional untuk menuliskan sesuatu yang penting bagimu?

A Wan Bong

Anton Sujarwo

Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga tutor kelas menulis. Saya telah menulis 40 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.

Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.

Tulisan dan karya saya yang lain dapat dibaca pula pada beberapa tautan berikut;

Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.

Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini: