Sudut Pandang Orang Kedua: Arti dan Cara Menulisnya

Sudut Pandang Orang Kedua

Tidak banyak penulis yang menggunakan sudut pandang orang kedua dalam karya mereka. Namun, ini bukan berarti bahwa second person point of view (POV) tidak menarik untuk digunakan. Dengan tips dan cara yang benar, penulisan karya sastra dengan sudut pandang orang kedua juga bisa sangat menarik.

Lantas, bagaimana cara melakukannya? Apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menulis dengan sudut pandang ini?

Yuk, baca artikel Penulis Gunung kali ini hingga selesai.

Kamu punya kisah hidup menarik untuk dijadikan buku tapi bingung cara menuliskan?

Apa Itu Sudut Pandang Orang Kedua?

sudut pandang orang kedua
www.penulisgunung.id

Pengertian sudut pandang orang kedua adalah cara bercerita dengan menempatkan pembaca sebagai tokoh cerita atau karakter. Cara paling umum yang digunakan penulis untuk menyapa pembaca dalam sudut pandang ini adalah dengan menggunakan kata ganti “Kamu, Anda, Lo” dan yang lainnya.

Dibandingkan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga, sudut pandang orang kedua lebih jarang dikenal dalam penulisan cerita. Namun dalam penulisan buku bisnis, penulisan artikel, instruksi penggunaan produk, atau pun promosi dalam email marketing, ini adalah sudut pandang yang paling populer.

Bahkan artikel yang sedang kamu baca sekarang ini, juga menggunakan sudut pandang orang kedua.

Menggunakan Point of View (POV) orang kedua dalam penulisan cerita, artinya menempatkan pembaca sebagai karakter utama cerita atau protagonis. Segala hal yang terjadi dalam cerita kemudian, seolah-olah dianalogikan penulis sebagai apa yang dialami oleh pembaca itu sendiri.

Point of view orang kedua lebih populer dalam narasi iklan, copywriting dan juga pidato dikarenakan posisi ini memberikan tempat pada penulisnya untuk membantu pembaca. Alih-alih meminta pembaca untuk membayangkan apa yang terjadi dalam cerita melalui perspektif karakter, POV orang kedua akan menjadikan pembaca sebagai diri mereka sendiri.

Mengapa Penulis Menggunakan Sudut Pandang Orang Kedua?

Alasan pertama mengapa POV orang kedua digunakan oleh penulis adalah untuk membangun keintiman dengan pembaca.

Melalui sudut pandang ini, pembaca seolah diajak untuk bercakap-cakap secara langsung. Penulis juga mampu membangun keakraban dengan cepat dalam sudut pandang ini. Penulis dapat meminta persetujuan pembaca, menanyakan pendapatnya atau mungkin mengkonfrontasi persepsi umum yang dimiliki para pembaca.

Coba lihat contohnya berikut;

Kamu sudah bekerja seharian, lelah dan kehabisan tenaga karena produktivitas yang tinggi. Sampai di rumah kamu tentunya ingin beristirahat, bukan? Itulah sebabnya kamu membutuhkan Peri Rumah Agency.

Sementara dalam penulisan fiksi, alasan penggunaan poin of view orang kedua oleh penulis adalah karena mereka bisa ‘melempar’ pembaca ke dalam cerita dengan mudah. Dengan cara ini, penulis bisa ‘menyeret’ pembaca dalam satu adegan dan membiarkan mereka tenggelam didalamnya.

Point of view orang kedua memberikan kesempatan pada pembaca untuk masuk dalam cerita sebagai salah satu sosok yang penting. Pembaca ikut merasakan adrenalin dalam setiap petualangan yang dikisahkan atau ikut duduk bercengkrama dalam setiap dialog dalam cerita.

Contoh Sudut Pandang Orang Kedua dalam Karya Sastra

Memilih untuk menggunakan sudut pandang orang pertama kedua dan ketiga dalam cerita fiksi seperti novel tentunya memiliki alasan sendiri-sendiri. Masing-masing dari POV ini dapat digunakan dengan pertimbangan keunggulan dan kelemahannya yang disesuaikan dengan kebutuhan cerita.

Meskipun kurang populer dibandingkan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga, tapi ada banyak karya sastra populer yang sukses mengimplementasikan poin of view orang kedua.

Beberapa contoh dari karya tersebut misalnya adalah;

  • Buku cerita anak berjudul There’s a Dragon in Your Book karya Tom Fletcher.
  • Cerpen berjudul Bread karya Margaret Atwood.
  • Novel The Diver’s Clothes Lie Empty karya Vendela Vida.
  • Novel If on a Winter’s Night a Traveller karya Italo Calvano.
  • Novel The Reluctant Fundamentalist karya Mohsin Hamid.
  • Novel Bright Light, Big City karya Jay McInercey.

Di samping beberapa karya populer di atas, karya legendaris Sir Arthur Conan Doyle: Sherlock Holmes, juga sering dipersepsikan sebagai salah satu contoh karya sastra dengan poin of view orang kedua.

Dalam Sherlock Holmes, semua penceritaan dilakukan oleh Watson, rekan terdekat protagonis utama Sherlock Holmes. Semua sudut cerita dinarasikan dalam kacamata orang kedua (Watson).

Namun masalahnya Sherlock Holmes, tidak semua narasi memanggil pembaca seperti yang umum dalam POV orang kedua yang populer.

Kendala Menggunakan Sudut Pandang Orang Kedua dalam Cerita Fiksi

Penulis Gunung
Photo by emre keshavarz on Pexels.com

Dalam cerita fantasi epik dengan dunia yang demikian kompleks, sudut pandang orang ketiga serba tahu adalah pilihan sempurna. Namun dalam fiksi misteri atau thriller yang misalnya menggunakan karakter lebih sedikit, sudut pandang orang pertama tunggal dan terbatas akan lebih efektif.

Lalu, bagaimana dengan sudut pandang orang kedua?

Sebenarnya sudut pandang ini bisa digunakan dalam hampir seluruh jenis cerita fiksi, dari romantis, sejarah, ilmiah hingga sci-fi sekali pun. Namun kendalanya adalah; sangat sulit mempertahankan konsistensi sudut pandang ini sepanjang cerita.

Dalam beberapa adegan cerita, sangat gampang untuk bergeser menggunakan sudut pandang yang lain yang terasa lebih efektif dan efisien. Kamu dengan mudah dapat beralih menggunakan sudut pandang orang pertama jamak, supoin of view orang ketiga serba tahu atau POV yang lainnya.

Kendala kedua dari POV orang kedua adalah ini memiliki keterbatasan untuk menarik pembaca dalam cerita.

Maksudnya, pembaca dengan mudah dapat menyadari bawah realitas diri mereka sendiri sudah sangat berbeda dengan dunia cerita. Artinya, pembaca sangat sulit untuk menghindari ketidakpercayaan mereka pada cerita yang terjadi, karena itu terbangun dari perspektif mereka sendiri.

Bagaimana contohnya?

Ketika kamu bercerita mengenai tokoh utama cerita berjalan menyusuri pantai di bawah rimbunan senja yang indah, itu bisa mereka bayangkan dengan mudah. Atau jika kamu bercerita tentang tokoh protagonis yang mengendarai mobil di tengah malam, hal itu juga masih relevan dengan dunia pembaca.

Tapi bagaimana kalau kamu bercerita dan menyeret pembaca dalam aksi perampokan bank, pembunuhan yang sadis, penjelajahan angkasa, masuk ke perut bumi, bertarung melawan naga dengan mulut api, dan lain sebagainya?

Sangat sulit bagi pembaca untuk mempercayai bahwa mereka dapat melakukan hal itu, bukan?

Meskipun demikian, pengecualian mungkin terjadi dalam lingkup cerita anak-anak.

Dengan imajinasi yang masih sangat sempurna, anak-anak dapat dengan mudah mempercayai jika mereka terlibat dalam perburuan naga, berperang dengan alien atau pun menghancurkan sebuah gedung dengan sekali tendangan mematikan.

Pertimbangan dalam Menggunakan Sudut Pandang Orang Kedua

sudut pandang orang kedua
www.penulisgunung.id

Tantangan utama dalam penggunaan sudut pandang orang kedua adalah pembaca sulit menahan diri untuk tidak percaya pada eksistensi mereka lagi dalam cerita. Sehingga untuk alasan ini, penulis tidak begitu familiar menggunakan point of view ini untuk bercerita.

Namun, ada beberapa alasan yang bisa kamu pertimbangkan untuk menggunakan sudut pandang ini.

Alasan tersebut misalnya adalah;

1. Menghadirkan Jenis Sudut Pandang yang Tidak Biasa

Point of view orang kedua sangat jarang digunakan dalam penceritaan sastra baik fiksi atau pun non fiksi.

Nah, untuk kamu yang ingin memberikan pengalaman yang berbeda bagi pembaca dengan menarik diri mereka langsung dalam cerita, kamu bisa menggunakan sudut pandang ini.

2. Medorong Pembaca untuk Melakukan Refleksi

Dengan menyapa pembacanya dengan kata “Kamu” atau “Anda” sepanjang cerita, kamu memiliki kesempatan untuk menyampaikan pesan cerita yang langsung diterima pembaca sebagai refleksi diri mereka.

Misalkan kamu bercerita tentang seorang tokoh cerita yang pelit dan tidak perduli dengan penderitaan orang sekitarnya, kamu bisa mengajak pembaca untuk merefleksikan diri mereka sendiri. Artinya, ada sebuah dorongan evaluasi yang bisa sekaligus kamu hadirkan dalam cerita.

3. Menciptakan Rasa Senang

Dalam banyak cerita anak-anak, penulis sering memberikan bonus kesenangan kepada pembaca dengan mengajak mereka ikut serta dan menentukan arah cerita.

Kamu mungkin akan diajak bertualang masuk dalam goa atau mengemudikan mobil tua dan membuat pilihan yang kemudian menjadi kunci kemana arah cerita itu berakhir nantinya.

4. Memberi Kesempatan Memasukkan Unsur Humor

Dalam point of view orang kedua, kamu juga bisa memastikan pembaca untuk menerima joke-joke lucu yang sebagai penambah keseruan.

Dengan cara ini kamu mungkin dapat menempatkan pembaca pada obyek yang akan dijadikan sebagai keseruan cerita yang memancing tawa mereka.

5 Tips Menggunakan Sudut Pandang Orang Kedua dalam Menulis Novel atau Cerpen

sudut pandang orang kedua
www.penulisgunung.id

Untuk mendapatkan hasil yang efektif dalam menggunakan point of view orang kedua dalam penulisan novel, ada beberapa hal penting yang harus kampu perhatikan.

Mudahnya kamu dapat mengikuti 5 tips berikut ini untuk memastikan POV orang kedua yang kamu gunakan benar-benar memberikan kontribusi dalam cerita sesuai dengan harapanmu.

Nah, apa saja tipsnya?

1. Perbanyak Referensi

Langkah pertama yang harus kamu lakukan ketika ingin menggunakan sudut pandang orang kedua dalam penulisan cerpen atau novel, adalah dengan mempelajari penulisan seperti ini sebelumnya. Kamu bisa membaca cerpen, novel atah bahkan cerita bergambar untuk anak-anak yang menggunakan POV orang kedua.

Perhatikan bagaimana penulis mengarahkan pembaca untuk masuk pada adegan tertentu; Apa yang penulis lakukan? Seperti apa narasinya? Apakah ia menggunakan teknik khusus untuk menjaga keterlibatan pembaca dalam cerita?

Semakin banyak referensi yang kamu gunakan, akan semakin kaya pemahamanmu terhadap sudut pandang ini. Pada akhirnya, kamu akan lebih mudah untuk merealisasikannya dalam ceritamu sendiri.

2. Konversikan Cerita dari Sudut Pandang Lain

Tips kedua yang dapat kamu lakukan adalah dengan mengambil beberapa karya dari para penulis hebat, kemudian coba ubah beberapa kalimat atau paragraf dalam karya tersebut menjadi sudut pandang orang kedua.

Ambil misalnya buku Tere Liye, novel Asma Nadia, novel The Da Vinci Code karya Dan Brown, atau novel Merapi Barat Daya, kemudian ubah beberapa kalimatnya menggunakan point of view orang kedua.

Jadi, ambil satu halaman dalam buku-buku tersebut yang penuh dengan aksi, kemudian coba ubah menjadi narasi dengan sudut pandang orang kedua.

3. Jaga Konsistensi

Sangat mudah untuk terjebak dalam sudut pandang kamu sendiri ketika mengaplikasikan POV orang kedua. Tanpa disadari dalam satu momen tertentu, kamu dengan mudah bisa tergelincir kemudian bercerita melalui kacamata dirimu sendiri.

Untuk memastikan hal ini tidak terjadi, tipsnya adalah; pastikan kamu tetap mengingat siapa yang menjadi karakter utama cerita untuk menjaga konsistensi sudut pandang yang kamu gunakan.

4. Bangun Narasi yang Lebih Detail

sudut pandang orang pertama
Photo by Ketut Subiyanto on Pexels.com

Tips selanjutnya yang dapat kamu lakukan ketika mengadaptasikan POV orang kedua dalam menulis novel atau cerpenmu adalah dengan membuatnya lebih detail.

Mengajak pembaca untuk masuk dan menyelami cerita membutuhkan narasi yang tidak setengah-setengah saat menggambarkan suasana. Sebagai seorang protagonis, pembacamu harus dapat masuk ke dalam cerita dengan sempurna. Artinya, kamu membutuhkan detail yang kredibel untuk memastikan prosesnya berjalan lancar.

Nah, pada langkah ini kamu bisa mengaplikasikan teknik show don’t tell.

Jadi, alih-alih hanya memberitahu pembaca apa yang sedang terjadi, mengapa tidak memancing pembaca dengan meberdayakan indera yang mereka miliki untuk merasakan petualangan dalam cerita?

5. Pertimbangkan Menggunakan Waktu yang Aktual

Tips terakhir yang juga penting untuk kamu pertimbangkan adalah dengan memastikan pembaca selalu hadir dalam cerita. Cara untuk mewujudkan hal ini misalnya adalah dengan membangun narasi dari susunan kalimat yang menunjukkan waktu kejadian secara aktual.

Artinya; gunakan kata-kata yang menunjukkan bahwa satu kejadian terjadi pada saat itu pula.

Lantas apakah bercerita dengan menggunakan sudut pandang orang kedua tidak bisa menghadirkan adegan flashback?

Tentu saja tetap bisa. Hanya saja kamu perlu melakukannya dengan hati-hati supaya pembaca selalu dapat merasakan kehadiran mereka sepanjang cerita.

Kesimpulan

Menulis cerita dengan menggunakan sudut pandang orang kedua sangat jarang diimplementasikan dalam cerita. Sebaliknya, Point of View orang kedua justru lebih populer dalam penulisan artikel, penulisan iklan komersial dan penulisan lagu.

Meskipun demikian, bukan berarti sudut pandang orang kedua tidak menarik.

Dengan sentuhan yang hati-hati dan konsisten, kamu juga bisa menghasilkan karya sastra hebat yang menggunakan POV orang kedua.

Jadi, selamat mencobanya, ya.

BACA JUGA:

Referensi: Masterclass & Prowriting.id


Tingkatkan skill menulismu

Yuk, gabung bersama kelas menulis online Penulis Gunung dan mulai tuliskan mahakaryamu


Penulis terbaik

Anton Sujarwo

Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga email marketer. Saya telah menulis 19 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.

Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.

Tulisan saya yang lain dapat dibaca pula pada website;

Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.

Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini:

Tinggalkan komentar